Sebuah duka kadang butuh peratapan. Kurang lebih
begitu kata Raditya Dika.
Tanpa kita sadari kita semakin menua. Apabila kita
menua maka yang lebih tua bergeser menuju pada sesuatu yang kita sebut “tiada”.
Mati itu adalah sebuah perjanjian dengan Tuhan, Mau atau tidak mau, harus siap.
Kapan pun dan dimana pun.
Kematian membekas pada sesuatu yang bernama
kehilangan. Kehilangan akan timbul apabila pernah ada rasa memiliki.
Lama-kelamaan air mata jadi teman sehari-hari karena yang telah pergi “harus
kita sadari sesadar-sadarnya” tak bisa kembali.
Kehilangan mengajarkan bahwa sesuatu yang pergi
pernah mempunyai “arti”. Yang tersayang menghilang, hanya kenangan di masa lalu
yang mampu dikenang. Itupun kalau otak masih mampu mengingat. Sayangnya kita
bukan Lucy yang diberi kekuatan super untuk bisa mengingat sedetail mungkin
mengenai suatu kejadian. Tuhan maha lucu. Lantas mengapa mempermainkan kita
untuk mengingat sebagian saja?
Melihat seseorang yang kau sayang tidak bisa
bergerak. Bahkan kita tak tahu tangis kita ia dengar atau tidak. Semacam ingin
memberontak, tapi tidak bisa.
Entahlah ini hari ke berapa beliau pergi. Yang jelas
wajah beliau selalu nampak dengan jelas. Masih ingat dengan cara beliau
tertawa, marah, sedih. Wajah yang sekarang hanya bisa dilihat dari selembar
foto. Selembar foto mampu menciptakan ruangan antara diri dan nostalgia.
Ini bukan tulisan tentang bersedih. Melainkan
tulisan yang bisa dianggap sebagai tulisan yang paling sok tegar.
Tangan yang dulu sempat menggengam tak bisa lagi
diraba. Jangankan bentuk fisik, kasih sayang yang pernah dirasa tak bisa lagi
terjamah.
Begitu
kuat waktu meninju keadaan. Pikiran masih bimbang antara.. ini nyata atau
tidak?
Tak ada lagi tempat berkeluh kesah. Tak ada lagi
yang memesan es krim. Tak ada lagi yang mengingatkan memakai kaus kaki. Tak ada
yang menggoda tentang siapa si belahan jiwa.
Lumpuh selumpuh lumpuhnya.
Sudah kuingatkan ini bukan tentang bersedih. Ini
hanya bentuk pernyataan yang ingin disampaikan kepada Tuhan.
Ikhlas dan berdoa. Semoga diterima disisinya.
Pada akhirnya manusia akan tidur di dalam tanah kan,
Nek?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagaimana postingan kali ini? Silakan isi dikolom komentar. :))