Rabu, 10 Februari 2016

Bukan berduka tapi tertawa itu mustahil.



Sebuah duka kadang butuh peratapan. Kurang lebih begitu kata Raditya Dika.
Tanpa kita sadari kita semakin menua. Apabila kita menua maka yang lebih tua bergeser menuju pada sesuatu yang kita sebut “tiada”. Mati itu adalah sebuah perjanjian dengan Tuhan, Mau atau tidak mau, harus siap. Kapan pun dan dimana pun.
Kematian membekas pada sesuatu yang bernama kehilangan. Kehilangan akan timbul apabila pernah ada rasa memiliki. Lama-kelamaan air mata jadi teman sehari-hari karena yang telah pergi “harus kita sadari sesadar-sadarnya” tak bisa kembali.
Kehilangan mengajarkan bahwa sesuatu yang pergi pernah mempunyai “arti”. Yang tersayang menghilang, hanya kenangan di masa lalu yang mampu dikenang. Itupun kalau otak masih mampu mengingat. Sayangnya kita bukan Lucy yang diberi kekuatan super untuk bisa mengingat sedetail mungkin mengenai suatu kejadian. Tuhan maha lucu. Lantas mengapa mempermainkan kita untuk mengingat sebagian saja?
Melihat seseorang yang kau sayang tidak bisa bergerak. Bahkan kita tak tahu tangis kita ia dengar atau tidak. Semacam ingin memberontak, tapi tidak bisa.
Entahlah ini hari ke berapa beliau pergi. Yang jelas wajah beliau selalu nampak dengan jelas. Masih ingat dengan cara beliau tertawa, marah, sedih. Wajah yang sekarang hanya bisa dilihat dari selembar foto. Selembar foto mampu menciptakan ruangan antara diri dan nostalgia.
Ini bukan tulisan tentang bersedih. Melainkan tulisan yang bisa dianggap sebagai tulisan yang paling sok tegar.
Tangan yang dulu sempat menggengam tak bisa lagi diraba. Jangankan bentuk fisik, kasih sayang yang pernah dirasa tak bisa lagi terjamah.

Begitu kuat waktu meninju keadaan. Pikiran masih bimbang antara.. ini nyata atau tidak?

Tak ada lagi tempat berkeluh kesah. Tak ada lagi yang memesan es krim. Tak ada lagi yang mengingatkan memakai kaus kaki. Tak ada yang menggoda tentang siapa si belahan jiwa.
Lumpuh selumpuh lumpuhnya.
Sudah kuingatkan ini bukan tentang bersedih. Ini hanya bentuk pernyataan yang ingin disampaikan kepada Tuhan.
Ikhlas dan berdoa. Semoga diterima disisinya.
Pada akhirnya manusia akan tidur di dalam tanah kan, Nek?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana postingan kali ini? Silakan isi dikolom komentar. :))