Kamis, 06 Oktober 2016

Kalau Sudah Besar Mau Jadi Apa?

Saya mungkin termasuk satu dari sekian banyak manusia atau lebih tepatnya orang dewasa (HAHAHAHAHA ORANG DEWASA) yang menyukai anak kecil. Selain lucu dan menggemaskan, mereka polos, menyenangkan dan sebagainya. Hehehehe. Saya bersyukur pada bulan April 2016 lalu diberi kesempatan mengajar anak-anak sekolah yang berada di desa yang mungkin kalau kamu ke sana kamu akan menyebut waw sebanyak 33 kali.

Desa tersebut bernama Banyuresmi, desa yang masih diselimuti kesederhanaan, yang membuat kita mungkin akan kurang terbiasa dengan lingkungan di sana. Anjing dimana-mana, warung yang terbatas, tidak ada angkutan umum. Namun ada kesederhanaan di desa tersebut. Keterbatasan tidak membuat warga di sana merana, justru saya menemukan kekeluargaan yang begitu terasa.

Ada sebuah sekolah kecil dengan anak-anak yang lucu, beruntungnya saya dapat bertemu anak-anak di sana. Mengajar (meskipun kemampuan saya bener-bener cemen) tapi menyenangkan. Anak-anak yang lucu akan menyambut kami (akang dan teteh yang akan mengajar) dengan salam. Lucu sekali.

Saya dan kawan saya, Viona, diberi tugas untuk mengajar bahasa Inggris untuk kelas IV-VI. Saya sempat ingin tertawa ketika melihat anak-anak yang terlihat memelas ketika mendengar "bahasa Inggris", seolah bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang menakutkan. Hahahahaha.

Kami mengajar dari pukul 7 pagi sampai 12 siang. Ada perasaan canggung saat pertama kali mengajar, harus bilang apa? Harus bagaimana? Hahaha bahkan saya terlalu cemen untuk menghadapi anak-anak kecil yang berjumlah lebih dari 20 orang. Berkali-kali saya ingin tertawa melihat wajah-wajah yang polos,  tidak berdosa.

Semuanya saya awali dengan kalimat :

Di sini siapa yang jago bahasa Inggris?

Lucunya, tidak ada yang mau mengaku karena takut ditanya. Hahahaha. Saat mereka saya tanya apa untungnya belajar bahasa Inggris? Mereka hanya diam, kadang ada yang malu-malu ingin menjawab tapi langsung mengalihkan pandangan.

Setelah selesai mengajar di sekolah, pukul hmm 2 atau 3 sore kami diberi tugas untuk mengajar mengaji. Anak-anak yang belajar pun masih anak yang sama, tetapi kadang kami ditempatkan di kelas yang berbeda. Saya benar-benar salut, dengan keadaan yang serba terbatas, mereka begitu giat belajar. Menyenangkan saat melihat mereka shalat berjamaah, saling bersalaman setelah selesai shalat.

Saya rindu sih sebenernya, tapi ruang dan waktu yang terbatas membuat saya belum bisa ke sana lagi.

Kalau sudah besar mau jadi apa? Saya rasa suatu hari mereka akan menjadi manusia-manusia yang hebat. Saya yakin. Semoga kita bisa bertemu kembali, adik-adik. Rindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana postingan kali ini? Silakan isi dikolom komentar. :))